Upacara Adat Hanta Ua Pua
kn Upacara adat Hanta Ua Pua yaitu upacara adat yang rutin dilaksanakan oleh umat Islam di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, yaitu dengan maksud memperingati hari maulid atau kelahiran Nabi Muhammad SAW. Bersamaan dengan itu, upacara adat ini juga bertujuan untuk memperingati masuknya agama Islam ke   wilayah Bima dan juga menghormati para pembawa agama Islam ke Bima. Upacara adat Hanta Ua Pua ini telah dilaksanakan oleh kerajaan dan masyarakat Bima dari sejak empat abad silam. Mulai saat itu, upacara resmi Kerajaan Bima ini dilaksanakan setiap tahun dan dirayakan secara meriah. istimewanya, upacara sakral ini menjadi acara silaturahmi antarsuku bangsa. Upacara adat Hanta Ua Pua berpusat di halaman depan Istana Kesultanan Bima, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Dimulai sejak pagi hari, sekitar pukul 08.00 WITA, dimulai dari Kampung Melayu dan berakhir di depan istana Kerajaan Bima yang terkenal  dengan sebutan nama Asi Mbojo. hn Yang menjadi daya tarik upacara adat resmi Kerajaan Bima ini, yaitu iring-iringan Uma Lige. Uma Lige yaitu semacam mahligai berbentuk persegi empat sebagai tandu untuk membawa penghulu Melayu dari Kampung Melayu sampai dengan serambi Istana Kerajaan Bima. Penghulu dari Melayu tersebut didampingi oleh empat orang penari perempuan yaitu Lenggo Mbojo dan keempat orang penari laki-laki yang disebut Lenggo Melayu. Bukan hanya penghulu Melayu dan para penari, dan di dalam Uma Lige juga ada sebuah kitab suci Al-Qur’an dan Ua Pua (Sirih Puan), merupakan 99 tangkai bunga telur berwarna dan hiasan yang dilengkapi dengan daun sirih dan pinang. 99 tangkai bunga telur ini menggambarkan 99 nama Asmaul Husna. Uma Lige ini ditandu oleh 44 orang pemuda dari berbagai desa/kampung di Kota Bima, masing-masing sudut Uma Lige digotong oleh 11 orang. Dan  44 orang penandu tersebut melukiskan 44 jenis keahlian/profesi masyarakat Bima pada masa lalu. Bukan hanya itu yang dapat menarik perhatian para wisatawan, akan tetapi ada juga parade pasukan berkuda yang terdiri dari dua pasukan, yaitu Jara Wera dan Jara Sara’u. Jara Wera yaitu pasukan berkuda yang diberi tugas untuk mengawal Sultan Bima, sedangkan Jara Sara’u yaitu pasukan berkuda yang bertugas untuk mengawal tamu kehormatan Kerajaan Bima. Konon mulanya, penunggang-penunggang kuda ini adalah para pendekar sakti yang mengantar para tamu kehormatan dari kota Makassar yang datang ke daerah Bima melalui Teluk Bima untuk memperkenalkan agama Islam pertama kalinya. Setelahnya upacara adat Hanta Ua Pua usai, hal lain yang membuat para pengunjung terhibur yaitu tatkala menyaksikan masya berlomrakat berlomba-lomba memperebutkan Ua Pua. Mereka mempunyai keyakinan, bahwa bunga-bunga telur tersebut dapat membawa berkah, misal dimudahkan rezeki oleh Allah SWT dan cepat mendapatkan jodoh. Bukan hanya itu juga, disepanjang perhelatan upacara, para wisatawan juga akan disuguhkan dengan tarian-tarian khas daerah Bima, beragam permainan rakyat, berbagai perlombaan, dan juga pameran benda-benda yang bersejarah peninggalan Kerajaan Bima.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *