Pembagian dan Menyikapi Mimpi
Dalam kehidupan keseharian seorang manusia pasti pernah mengalami yang namanya mimpi. Dalam pandangan masyarakat kita mimpi adalah bunga tidur yang dapat mengandung arti atau hanya sekedar penghias dalam tidur. Sehingga ada sebagian masyarakat yang suka dengan terang-terangan menceritakan tentang mimpinya, baik berupa mimpi yang baik atau mimpi yang buruk. Hal ini pun dilakukan karena kekurang pemahaman dalam Islam mengenai mimpi. Tentang mimpi dalam agama Islam walau pun tidak mengajarkan umatnya tentang suatu takwil mimpi, namun  Rasulullah Saw memberikan rambu-rambu dalam menyikapi suatu mimpi.  Walaupun dalam kenyataannya mentakwil mimpi menjadi salah satu mukjizat dari nabi Yusuf as. Lantas apakah setiap kita mimpi boleh diceritakan kepada orang lain baik itu berupa mimpi yang baik atau mimpi yang buruk dan apakah ada pembagian dari mimpi. Tentang mimpi terbagi ke dalam tiga bagian. Pertama bisikan hati, menakutkan maksudnya ketika seseorang memikirkan sesuatu ketika sadar dan karena terlalu serius dalam memikirkannya sehingga terbawa sampai mimpi. Kedua mimpi ditakuti setan, maksudnya suatu mimpi yang datangnya dari setan. Bentuk dari mimpi ini dapat seperti mimpi dikejar-kejar setan yang atau mimpi basah. Ketika bermimpi buruk Nabi Muhammad Saw melarang kita untuk menceritakan mimpi jenis ini kepada siapa pun. Dari Jabir ra, ada seorang Arab badui datang kepada nabi dan bertanya, “ Ya Rasul aku bermimpi kepalaku di penggal dan aku belari mengejarnya, Nabi Saw bersabda “ Janganlah kau ceritakan ulah setan yang mempermainkan dirimu di alam mimpi... (HR. Muslim). Rasul Saw  mengajarkan ketika seseorang mimpi buruk, diantaranya meludah kearah kiri 3 kali, memohon perlindungan kepada Allah, sebaiknya dia bangun kemudian shalat sunah, dan tidak boleh menafsir mimpi tersebut, baik oleh diri sendiri maupun meminta bantuan kepada orang lain. Yang Ketiga dan terakhir yaitu mimpi yang berupa kabar gembira dari Allah, mimpi ini berisi sesuatu yang baik dan menggembirakan.  Jadi ketika seorang hamba bermimpi yang baik bersyukurlah karena itu dari Allah, namun ketika mimpinya buruk maka jangan sampai menceritakan mimpi tersebut kepada orang lain atau meminta bantuan untuk menafsirkannya. Wallahu A’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *