Kenikmatan Melihat Allah
Seseorang yang bertakwa kepada Allah SWT, pasti mengharapkan dirinya suatu saat nanti dapat bertemu dengan Allah SWT . Dapat bertemu dengan Allah adalah nikmat terbesar yang diperoleh oleh seorang hamba. Lalu apakah setiap orang dapat melihat Allah SWT, atau hanya orang-orang tertentu saja, dengan kriteria tertentu yang hanya dapat bertemu dengan Allah. Menurut Ahlu Sunah Wal Jama’ah, keyakinan bisa melihat Allah di akhirat adalah suatu hal pasti akan kebenarannya dan barang siapa yang mengingkarinya  maka ia termasuk kepada orang kafir. Hal ini berdasarkan ijma Ahlu Sunah dengan dalil QS. Al-Qiyamah:22-23. “Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. kepada Tuhannyalah mereka melihat”. Dapat melihat Allah adalah kenikmatan tertinggi yang diperoleh penghuni surga. Kenikmatan ini dapat diperoleh ketika hidup di surga. Namunketika hidup di dunia maka hal ini tidak akan terjadi. Karena kenikmatan kehidupan dunia hanya bersifat sementara tidak abadi. Akan ada suatu saatnya nanti nikmat dunia yang diperoleh akan hilang berganti dengan hal lain yang telah disiapkan oleh Allah untuk hamba-Nya. Lalu bagi orang kafir yang ingin melihat maka ia tidak dapat melihatnya. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT, “Tidak demikian, namun sesungguhnya mereka pada hari (kiamat) itu benar-benar terhalang dari melihat Rabb mereka” (QS. Al-Muthaffifin:15). Dari ayat di atas dapat dipahami kenikmatan dunia yang pernah diperoleh oleh orang yang kafir sewaktu di alam dunia akan terkalahkan dengan nikmatnya melihat Allah SWT di akhirat yang didapat oleh orang mukmin di akhirat. Kenikmatan melihat Allah di akhirat tidak dapat terjadi di dunia, tetapi hanya di akhirat. Seperti kisah nabi Musa as yang ingin melihat Allah sewaktu di gunung Thursina. “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku”. Untuk itu sudah sewajarnya kita meningkatkan keimanan kita untuk memperoleh nikmat tertinggi melihat Allah SWT di akhirat. Wallahu a’lam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *