Istidraj, Hukuman atau Ujian
Dalam kehidupan bermasyarakat, sering kita temukan seseorang yang rajin dalam ibadahnya tetapi dalam kehidupannya ia hidup kekurangan. Ataupun sebaliknya orang yang hidup dalam maksiat tetapi ia banyak memperoleh kesenangan dalam kehidupan dunianya, segala kebutuhannya terpenuhi dan apa yang menjadi keinginannya pasti terlaksana. Sehingga kadang ada sebagian masyarakat awam yang berpikir bahwa tuhan tidak adil, karena membiarkan hamba-Nya yang shaleh hidup serba kekurangan tetapi bagi mereka yang suka bermaksiat hidup dalam kemewahan. Harus kita sadari bahwa ketika seseorang  hidup dalam serba kekurangan bukan berarti Allah benci kepadanya atau bagi mereka yang hidup dalam kesenangan padahal orangnya suka maksiat bukan berarti ia disayangi Allah. Dalam Islam ada istilahnya istidraj dalam memahami seseorang itu apakah sedang diuji atau di azab oleh Allah SWT. Istidraj berasal dari bahasa Arab yang artinya tumbuh atau naik dari satu tingkatan ke tingkat selanjutnya. Sedangkan menurut istilah pengertian istidraj adalah hukuman yang diberikan sedikit demi sedikit, tidak secara langsung. Allah SWT memberikan mereka segala harta benda dan kesenangan namun di balik itu mereka semakin jauh dari Allah. Dari sahabat Ubah bin Amir Rasulullah SAW bersabda; “Apabila anda melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah”. Apabila seseorang berbuat maksiat yang terus menerus lalu dibalas dengan bentuk nikmat yang banyak (pandangan manusia) sehingga membuat orang tersebut semakin jauh dari Allah, dan sedikit demi sedikit azab Allah semakin dekat, hingga pada saat tertentu Allah berikan hukumannya dari jalan yang tidak disangkanya maka itulah istidraj. Sebagai seorang muslim seharusnya kita waspada terhadap apa yang telah kita peroleh dari Allah apakah termasuk istidraj atau ujian untuk meningkatkan keimanan seorang hamba. Untuk itu seseorang yang diberi istidraj memiliki ciri diantaranya, ketika ibadah semakin menurun tetapi kesenangan semakin bertambah, semakin bertindak pelit tetapi justru semakin kaya dan terus berbuat maksiat tetapi kesuksesan pun semakin semakin berdatangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *