Memahami Istighfar
Sifat dasar manusia yang tidak pernah luput dari perbuatan dosa dan maksiat, menjadikan kita rentan dalam berbuat hal yang dilarang oleh Allah Swt. Dosa-dosa kecil yang terus menerus dilakukan, maka akan bertumpuk menjadi mnggunung, sehingga membuat pelakunya lupa akan bahaya dari dosanya sendiri. Ketika berbagai amal ibadah yang kita laksanakan menjadi amal ibadah bagi pelaksananya, disisi lain ada sebagian dari kita menjadi makhluk yang suci dengan ibadahnya, merasa diri sudah penuh dengan amal ibadah, padahal dengan merasa diri penuh dengan kebaikan, maka sebetulnya iblis telah membuat perangkap baginya. Perangkap yang membuat kesalahan tanpa menyadarinya. Untuk itu memperbanyak istighfar dengan segala keutamaannya dapat menjadikan seseorang mampu terbebas dari segal kesalahan yang diperbuatnya. Rasul Saw yang dimaksum (terbebas dari dosa) senantiasa beristighfar kepada Allah Swt, dari sabdanya, “Wahai sekalian manusia, bertaubatlah (beristighfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari 100 kali”(HR Muslim). Jika sosok Rasul Saw saja senantiasa bertaubat kepada Allah, maka bagaimana dengan kita yang penuh dengan perbuatan dosa.  Ketika kita berbuat suatu dosa maka akan membuat hati menjadi tidak tenang dan gelisah. Maka sudah semestinya kita memperbanyak istighfar kepada Allah, dan sebaik-baik istighfar adalah istighfar yang dilaksanakan secara terus-menerus, keutamaan membaca istighfar yaitu membacanya berkali-kali tidak hanya dilakukan sekali saja, karena dosa yang kita lakukan pun setiap hari dilakukan. Istighfar yang terbaik adalah bacaan Sayyidul Istighfar yang di dalamnya terdapat pengakuan kepada Allah yang esa, yang berhak disembah dan pengakuan atas segala kesalahan dan kehilafan. Dalam sebuah hadits yang menerangkan tentang Sayyidul istighfar diterangkan bahwa barang siapa yang mengucapkan istighfar pada siang hari dan meyakininya dan ia meninggal sebelum datangnya waktu sore, maka ia adalah penghuni surga dan begitu juga ketika ia membaca di waktu malam dengan yakin dan ia meninggal sebelum waktu pagi tiba, maka surga telah dipesankan untuknya. Namun sayangnya banyak dari kita ketika membaca istighfar tanpa ada rasa keyakinan dalam diri, sehingga bacaan istighfar pun hanya sebatas ucapan saja tanpa ada pengakuan atas kesalahan. Wallahu A’lam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *