Wisata Alam Sanghyang Tikoro Bandung
Di  daerah Jawa Barat masih banyak kekayaan alam yang luar biasa mempesona. Kekayaan alam ini tersembunyi sedemikian rupa sehingga bisa dikatakan tidak terjamah karena belum adanya konsep wisata yang memadai di tempat tersebut sehingga sebagian besar orang tidak banyak yang tahu. Keterlibatan pihak pemerintah untuk melestarikan tempat-tempat tersebut patut dijadikan prioritas mengingat makin banyaknya masyarakat yang sudah tahu untuk mendatangi tempat ini. Tidak menutup kemungkinan, jika tidak ada peraturan yang jelas, tempat-tempat laksana ‘Hidden Paradise’ itu akan rusak akibat tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Salah satu surga yang tersembunyi tersebut tak jauh dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling, yaitu terdapat di sepanjang Citarum Lama. Di sini terdapat gua purbakala Sanghyang Tikoro (Dewa Kerongkongan) yang memiliki sungai bawah tanah sepanjang 200 meter dan menurut cerita katanya berkaitan erat dengan bobolnya Danau Bandung Purba serta kearifan lokal masyarakat untuk menjaga kelestarian sungai. goa sang hyang                                          goa sanghyang T. Bachtiar, salah satu pemandu Jajal Geotrek IV yang mencoba menelusuri sungai Citarum lama, mengatakan bahwa kata orangtua zaman dulu–terutama di daerah Dayeuhkolot dan Majalaya–melarang masyarakat untuk membuang sebatang lidi pun ke aliran sungai Citarum. Para wanita juga tidak boleh mencuci rambut dengan menggerai rambutnya di aliran sungai tersebut. “Mungkin khawatir rambut tersebut bisa rontok atau lidi tadi hanyut hingga ke Sanghyang Tikoro. Bila terlanjur masuk ke gua tersebut maka masyarakat sekitar gua akan mendengar suara kesakitan karena kerongkongan sang dewa menjadi tersumbat. Mungkin itu salah satu cara orangtua dulu mendidik masyarakat supaya tidak buang sampah sembarangan ke sungai Citarum,” ujarnya goa sang hyang tkro para ahli geologi dulu berpendapat bahwa Sanghyang Tikoro adalah tempat bobolnya Danau Bandung Purba. Tapi setelah diteliti lagi, ternyata pembobolan erosi ke hulu punggungan Pasir Kiara dan Pasir Larang yang mengakibatkan surutnya air di danau tersebut. Saat ini aliran sungai Citarum Lama memang tidak sederas tempo dulu. Tapi,  aliran sungai ini masih bisa dinikmati sebagai obyek wisata alam menakjubkan, yaitu dari bukti  terbentuknya gua alam di Sanghyang Poek, dengan melubangi batuan yang tingginya mencapai hingga tiga meter di Batu Hiu, atau dengan membelah bukit di Leuwi Malang. Di  bebatuan dasar sungai juga banyak ditemui pula lubang-lubang (pothole) yang terbentuk melalui proses erosi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *