“Laa taghdab wa lakal jannah” (janganlah kamu marah, maka bagimu surga). Itulah sabda Rasulullah saw. Marah merupakan suatu ekspresi/emosi yang dilampiaskan kepada seseorang dengan tujuan untuk membalas atau membela diri. Dalam keadaan marah, otak kita tidak bisa berpikir jernih. Marah yang berlebihanpun akan berdampak pada kesehatan karena tubuh dikondisikan dalam keadaan panas yang berakibat mudah masuknya berbagai macam penyakit kedalam tubuh, selain itu dampak dari marah adalah rusaknya hubungan sosial dengan orang lain. Misalnya, terputusnya jalinan persahabatan dua orang yang terjadi akibat kemarahan yang tidak bisa dikendalikan.
Dalam suatu referensi, disebutkan ada tiga cara orang melampiaskan amarah, yaitu menyalurkan secara langsung kepada objek kemarahan, menahan marah, dan menenangkan diri.
Yang pertama, menyalurkan secara langsung kepada objek kemarahan. Dampak positif dari cara ini adalah emosi yang ada dalam diri bisa sedikit reda karena sudah terlampiaskan, namun dampak negatifnya bisa menimbulkan perkelahian atau parahnya bisa sampai terjadi pembunuhan.
Kedua, menahan/menekan marah dan disimpan dalam diri. Cara yang kedua ini, memang tidak menimbulkan perkelahian ataupun masalah baru. Tetapi jika rasa marah dalam diri dipendam terus menerus dan tidak dikeluarkan, maka hal tersebut dapat menimbulkan penyakit di dalam diri. Jika dipendam dalam waktu yang lama akan menjadi bom waktu yang dapat meledak kapan saja.
Yang terakhir, menenagkan diri. Menurut beberapa psikolog, hal terbaik yang sebaiknya kita lakukan ketika marah adalah melepaskan dan mengikhlaskannya. Ciri dari orang yang sudah ikhlas adalah ketika orang tersebut memaafkan dan sudah tidak ada lagi rasa dendam kepada orang yang telah membuatnya marah.
Kebiasaan marah juga bisa menular dari seseorang, dari beberapa kelompok orang, maupun dari lingkungan keluarga. Misalnya ketika anak belum bisa mengerjakan PR dengan benar, orang tua membimbingnya dengan marah-marah disertai dengan cacian, maka anakpun cenderung akan melakukan tindakan yang sama baik kepada keluarganya sendiri, maupun kepada orang lain. Maka sebagai orang tua seharusnya kita bisa lebih bersabar dalam mendidik anak.
Jika iman kita dalam keadaan baik, kita cenderung bisa mengelola dan mengendalikan emosi. Berdasarkan QS. Ali Imran: 133-134, orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lainlah yang akan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit. Jadi berusahalah untuk dapat mengendalikan emosi yang ada pada diri kita, karena Allah mencintai orang yang bisa mengendalikan amarah dengan benar.