Bekel, lompat tali, congkak, main kelereng merupakan permainan anak zaman dulu yang sangat menyenangkan. Sekarang permainan seperti itu sudah digeserkan oleh permainan zaman sekarang, yaitu video game. Padahal jika dilihat dari segi manfaat, permainan zaman dulu sangat bermamfaat, dintaranya anak menjadi aktif dan dapat bersosialisasi dengan teman sebaya dengan baik, selain itu dengan permainan zaman dulu anak banyak melakukan gerak tubuh sehingga tubuh menjadi lebih sehat dan berkembang secara optimal.
Berbeda dengan video game, banyak dampak negatif yang ditimbulkan. Video game berdampak terhadap banyak faktor. Banyak negara telah melakukan penelitian terhadap beberapa pemain game, salah satunya adalah Amerika. Amerika menyatakan 1 dari 10 gamer (85%) mengalami gangguan kehidupan sosial, prestasi belajar, sekolah dan pekerjaan. Seperti halnya narkoba, game dapat membuat anak menjadi kecanduan. Awal mulanya memang game dijadikan sebagai alat untuk melepas kejenuhan selama belajar di sekolah atau mengisi kekosongan saat libur. Hal tersebut memang wajar. Tetapi bila dilakukan secara terus menerus, anak akan merasa bermain video game merupakan hal yang rutin yang wajib dilakukan. Anak akan merasa senang bermain video game, terutama ketika berhasil mengalahkan lawan atau rintangan, anak akan ingin terus mencoba tantangan lain. Tantangan demi tantangan dicoba hingga akhirnya lupa waktu karena konsentrasinya terus berada pada permainan. Pengaruh game terhadap perkembangan anak diantaranya:- Menyebabkan perilaku agresif. Umumnya game yang dimainkan bertema perkelahian.
- Mengabaikan kebutuhan lain. Karena keasyikan bermain video game, akhirnya lupa segala hal, lupa waktu, lupa belajar, lupa makan.
- Mengganggu kesehatan. Karena selalu keasyikan bermain video game, kesehatanpun terganggu, misalnya kesehatan mata. Mata yang digunakan menatap layar terlalu lama, akan menyebabkan iritasi. Gangguan pencernaan, karena tidak makan.
- Memicu masalah emosi. Sering cemberut dan marah, karena anak selalu mendapat teguran dari orang tua.
- Mengalami obsesi. Anak yang kecanduan, tertekan karena selalu ingin bermain, pikirannya terus memikirkan permainan yang ada pada video game.
- Mendorong ketidakjujuran. Anak yang meminta uang untuk kerja kelompok, padahal uang yang diminta dari orang tuanya digunakan untuk bermain video game.
- Tidak mampu mengendalikan diri. Anak yang kecanduan game biasanya bermain tidak kenal waktu. Bahkan dapat menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengeluarkan rasa penasaran ketika ingin menyelesaikan suatu game.
- Mempengaruhi otak. Pecandu game mengalami peningkatan metabolism glukosa dalam otak dibandingkan pada anak yang normal. Hal itu menyebabkan masalah pada anak dalam mengontrol perilaku sehari-harinya.