Harta adalah salah satu dari perhiasan dunia, dengan harta seseorang dapat dihormati, dicintai dan segala perintahnya dituruti. Dengan harta pula dapat membuat seseorang terhina, menderita bahkan sampai terbunuh oleh orang lain. Ketika seseorang bergelimang dengan harta bukan berarti ia sedang disayang oleh Allah, bukan pula ia sedang di azab oleh Allah. Ini semua tergantung kepada harta tersebut berakibat pada pemiliknya. Mereka yang memiliki harta yang melimpah dan dengan harta tersebut membuatnya semakin jauh dengan Allah Swt, maka harta yang dimilikinya adalah cobaan dari Allah dalam bentuk istidraz, sedangkan bagi mereka yang memiliki harta dan dengan harta tersebut membuatnya semakin dekat dengan Allah, ia dapat membelanjakannya sesuai dengan keinginan pemberi harta, maka hartanya adalah anugerah kepadanya.
Firman Allah Swt dalam QS Ibrahim:7, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Ayat di atas menjelaskan bagaimana seharusnya sikap kita terhadap nikmat yang kita terima dari Allah. Ketika harta kita berlimpah maka seharusnya dengan harta tersebut membuat kita menjadi hamba yang semakin bersyukur.
Artian syukur disini bukan hanya dalam tataran syukur qalbi (hati) dan syukur Qauli (ucapan), tetapi juga bentuk syukur jawariyah (perbuatan) yaitu bentuk syukur dengan segala anggota badannya. Ia bersyukur dengan tangannya dengan cara banyak bersedekah, membantu yang kekurangan dan berinfak kepada yang miskin. Ia bersyukur dengan anggota kakinya dengan cara berjalan menuju tempat-tempat yang diridhai oleh Allah, dan bentuk syukur dalam hal ibadah lainnya.
Bila harta bertambah seharusnya membuat tinggi ketakwaan kita, Allah Swt tidak suka kepada orang yang dengan banyaknya harta menjadi orang yang pelit, sombong, dan lupa kepada Allah. Sebagai seorang muslim sudah seharusnya tidak menjadikan harta lebih utama daripada ibadah dan cintanya kepada Allah. Karena hakikat dasar dari penciptaan manusia di dunia bukan untuk menumpuk-numpuk harta tetapi untuk ibadah kepada Allah.
Wallahu A’lam