Sejak 9 Juni 2019, demonstrasi di Hong Kong masih berlangsung hingga kini. Demo ini dipicu karena Hong Kong berencana untuk memberlakukan Rancangan Undang-Undang Ekstradisi. RUU Ekstradisi memungkinkan para kriminal Hong Kong dikirim ke Cina dan ditakutkan mereka akan diadili secara tidak manusiawi.
Itulah yang membuat rakyat Hongkong melakukan demonstrasi besar-besaran yang mengakibatkan adanya penangguhan dari RUU Ekstradisi. Namun, warga Hong Kong tetap menginginkan jika RUU Ekstradisi tersebut dibatalkan. Maka, tidak heran jika sampai saat ini demonstrasi di Hong Kong masih tetap berlangsung karena belum adanya keputusan dari RUU Ekstradisi itu sendiri.
Demonstrasi besar-besaran dan cukup lama tersebut tentunya mengakibatkan banyak hal, salah satu yang bisa jelas terlihat yaitu mengenai pertumbuhan ekonominya. Adanya demonstrasi di Hong Kong menyebabkan aktivitas ekonomi di Hong Kong lumpuh untuk sementara waktu. Maka, Hong Kong terancam di jurang resesi padahal negara ini merupakan pusat keuangan Asia.
Ketika Hong Kong masuk ke dalam jurang resesi, tentunya berdampak pada negara lainnya, termasuk Indonesia. Pasalnya, Hong Kong merupakan salah satu negara di Asia yang merupakan mitra dagang dan investor strategis Indonesia. Demonstrasi ini juga menyebabkan penurunan ekspor barang ke Hong Kong yang mampu berkontribusi 1,4% dari total ekspor di Indonesia.
Selain itu, arus penanaman modal, perdagangan, dan investasi juga akan mengalami gangguan karena Hong Kong merupakan pusat keuangan di Asia. Namun, kabar baiknya adalah meskipun demonstrasi terjadi dalam waktu yang lama, transaksi di pasar saham di Hong Kong tetap berlanjut.
Bahkan, bursa Hong Kong tetap tangguh meskipun diguncang demonstrasi besar-besaran. Hal ini karena valuasi bursa saham acuannya murah dibandingkan bursa saham utama di kawasan Asia. Dengan begitu, banyak investor tetap tertarik untuk berinvestasi di Hong Kong. Selain itu, dari waktu ke waktu juga demonstrasi di Hong Kong mulai meredam.
Dengan begitu, pegiat investasi di Indonesia tetap bisa mengikuti bursa saham di Hong Kong karena memiliki PER yang tinggi. PER atau Price Earning Ratio Hong Kong mencapai 10.67x sehingga cukup besar untuk mendapatkan laba. Untuk memudahkan kamu dalam berinvestasi dan juga remittance, kamu bisa menggunakan digibank transfer valas.
Remittance yaitu pengiriman uang dalam bentuk valuta asing baik penerimaan atau pengiriman ke luar maupun ke dalam negeri. Proses ini terdengar sulit, namun bagi investor, proses ini sangat penting untuk dilakukan. Untuk mengatasinya, kamu bisa menggunakan digibank transfer valas dan caranya pun sangat mudah.
Download Aplikasi digibank by DBS, bukalah aplikasi tersebut, dan pilih Transfer. Klik Transaksi Valas dan klik Tambah Penerima dan ikuti petunjuk selanjutnya. Kini, kamu tinggal memilih negara yang ingin dituju, mata uang yang diinginkan, bank, dan masukkan detail penerima. Masukkan nominal yang akan kamu kirim dan klik lanjut untuk menyelesaikan remittance.
digibank transfer valas tentunya akan memudahkan kamu karena kamu bisa mengaksesnya 24/7 tanpa harus mendatangi kantor cabang. Kamu hanya membutuhkan gadget dan Aplikasi digibank by DBS, Selain itu, kamu juga bisa menikmati gratis biaya transfer lebih dari 20 negara dengan 7 mata uang, termasuk, HKD.
Layanan digibank transfer valas akan memungkinkan uang yang kamu transfer akan sampai di hari yang sama. Jadi, layanan ini akan memudahkan dan menguntungkan kamu jika ingin melakukan remittance dan berinvestasi. FX rate-nya juga up to date dan juara, sehingga kamu akan merasa ringan ketika melakukan transaksi valas.
Adanya gelombang politik di suatu negara tidak menghambat kamu dalam berinvestasi dan melakukan transfer valas. Nikmati kemudahan berinvestasi dan remittance menggunakan digibank transfer valas. Tinggal klik di Aplikasi digibank by DBS, urusan berinvestasi dan transfer valas menjadi sangat mudah dan ringan.