Bacaan Yang Tujuh (Qira’atus Sab’ah)
Bacaan Al-Qur’an adalah bacaan yang istimewa dan berpahala bagi seseorang yang membacanya. Dalam bacaan Al-Qur’an tidak hanya berlaku sebagai bacaan yang indah untuk di dengarkan tetapi isinya juga mengandung pelajaran sebagai pedoman hidup manusia. Di kalangan para Qira’at mungkin sering kita dengar antara bacaan qira’at yang  satu dengan yang lainnya berbeda. Padahal ayat yang dibacanya sama. Misal pada surat Ad-duha ayat 1, ada sebagian qira’at membacanya seperti biasa, Wad dhuha, namun sebagian lagi membaca dengan wad dhuhe., ada huruf vokal yang diganti. Lalu apakah salah satunya membaca dengan salah atau keduanya betul dalam membacanya? Dalam hal ini dari kalangan para ulama qira’at mengenal yang namanya bacaan yang tujuh atau qiraatus Sab’ah. Karena  sedikitnya, ada tujuh macam bacaan yang berkembang di dunia Islam dalam membacakan Al-Qur’an yang di sesuaikan dengan dialek kaum di suatu daerah tersebut. Penggunaan lagam qiraat yang berbeda dalam pembacaan Al-Qur’an adalah suatu pengucapan  melalui jalur riwayat tertentu. Jalur penuturan itu meskipun berbeda-beda karena mengikuti aliran (mazhab) para imam qiraat, tetapi semuanya mengacu kepada bacaan yang disandarkan oleh Rasulullah Saw. Perbedaan bacaan dalam qiraat berdasar kepada lajnah (dialek), tafkhim (penyahduan bacaan), tarqiq (pelembutan), imla (pengejaan), madd (panjang nada), qasr (pendek nada), tasydid (penebalan nada), dan takhfif (penipisan nada). Dalam contoh di atas, pelafalan vokal ‘e’ sebagai ganti dari vokal ‘a’, walaupun dalam pembacaan berbeda, tetapi dalam mushaf Al-qur’an yang kita pakai sehari-hari tidak terdapat tanda perbedaan bacaan itu. Perbedaan dalam  lafal ini biasanya terdapat dalam kitab-kitab klasik atau kitab kuning yang menjelaskan tentang perbedaan dari para imam tersebut. Jenis-jenis dari bacaan yang tujuh menurut KH.Muammar ( Qari Internasional) yaitu, Bayyati, Shaba, Hijaz, Nahawan, Ros, Jiharkah, dan Syika. Di luar itu semua ada lagi yang menurut beliau dianggap sebagai cabang yang digunakan sebagai variasi dalam membentuk susunan atau komposisi lagu. Sedangkan dalam tatanan seni baca Alquran, tingkatan nada dikenal ada empat tahap, yakni qarar (rendah), nawa (sedang), jawab (tinggi), dan jawabul jawab (sangat tinggi), tingkata nada ini sering digunakan dalam lomba MTQ.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *