Adab Dalam Berdoa
Bagi seorang muslim yang bertakwa, setiap harinya tiada henti diisi dengan dzikir dan doa kepada Rabbnya. Dzikir dan doa yang merupakan ketundukannya sebagai seorang hamba, pengakuan terhadap lemahnya diri dan tak kuasa dalam berbuat sesuatu tanpa ada izin dari Allah Swt. Setiap doa yang dipanjatkan merupakan bentuk usahanya dalam mendapatkan keberhasilan di dunia dan juga akhirat. Ketika ikhtiar yang maksimal telah dilakukan maka doa adalah pengiring dari ikhtiar tersebut. Tidak jauh beda dengan ikhtiar yang memerlukan beberapa tahapan dan peraturan dalam menjalaninya, maka doa pun ketika dipanjatkan harus memenuhi unsur yang menjadi syarat dalam dikabulkannya doa. Banyak hal yang menjadi adab dalam berdoa ketika dipanjatkan, dalam rangka doa tersebut diterima oleh sang penerima Doa. Diantara yang termasuk kepada adab-adab dalam berdoa yaitu :
  1. Memulai doa dengan membaca basmalah, hamdalah (memuji kepada-Nya), dan membaca shalawat.  Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Saw, dari sahabat Fadhalah bin Ubaidillah ia berkata : Rasul Saw telah bersabda : "Apabila seseorang di antara kamu berdoa hendaklah memuji kepada Allah dan berterima kasih kepada-Nya, kemudian membaca shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad, kemudian berdoa sesuai keinginannya."
  2. Mengangkat kedua tangannya ketika berdoa, salah satu ciri kesungguhan ketika seseorang berdoa kepada tuhannya dalam bentuk fisik yaitu menengadahkan tangannya.
  3. Disertai dengan hati yang khusyu dan meyakini akan dikabulkannya doa. Sebuah doa yang datang dari hati yang khusyu maka doa tersebut akan cepat dikabulkan oleh Allah Swt, karena adanya kerendahan hati yang tergambar dari khusyunya doa. Keyakinan akan dikabulkannya doa menjadi salah satu unsur yang harus ada, sebagaimana firman Allah. “"Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu." (QS. Al-Mu'minun : 60).
  4. Dengan suara yang lemah lembut, karena sesungguhnya Allah dekat dengan hamba-Nya, Allah mencintai seorang hamba yang selalu berdoa kepada-Nya.
  5. Lebih utama memakai lafazh-lafazh yang ada dalam Al-Qur’an dan hadits, kecuali jika tidak ada maka sesuai dengan keinginan kita karena Allah maha mengetahui akan segala bahasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *