Kisah Penjual Cobek
Indonesia adalah negara yang kaya raya akan sumber daya alam yang melimpah. Segala kekayaan alam Indonesia bahkan terkenal sampai penjuru dunia. Semua orang tahu akan hal itu, namun ternyata semua orang juga tahu bahwa negara Indonesia sangat minim akan sumber daya Manusia. Hal ini menyebabkan sumber daya alam yang melimpah tidak mampu dikelola dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Akibatnya banyak orang Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan dan mederita. Tentu hal ini menyebabkan keironisan tersendiri. Disaat segala sumber daya alam indonesia banyak dikelola oleh bangsa Asing, justu kehiodupan penduduk lokal masih banyak yang terlantar.  Akibatnya banyak anak-anak usia sekolah tidak dapat bersekolah dan malah mencari nafkah untuk membantu keluarganya. Salah satu hal yang biasanya anak-anak putus sekolah lakukan untuk mengisi aktifitasnya demi membantu orang tua adalah dengan berjualan cobek. Umumnya penjual cobek adalah anak-anak di bawah umur yang seharusnya mereka pergi ke sekolah di saat pagi. Bahkan seharusnya mereka menikmati masa kanak-kananya dengan gembira. Namun tidak demikian dengan anak-anak penjual cobek yang ada di daerah bandung. COBEK Setiap hari anak-anak yang berasal dari daerah padalarang ini pergi dari rumahnya setiap pagi dengan naik kereta dan membawa beberapa buah cobek yang cukup berat apabila dipikul oleh anak-anak seusia itu. Setelah sampai di kota Bandung merekan akan mulai menjajakan cobeknya ke setiap orang yang lewat. Tak jarang mereka memikul cobeknya dan berjalan di sela-sela mobil yang terjebak macet dalam keadaan cuaca yang panas. Sayangnya usaha yang mereka lakukan belum tentu membuahkan hasil. Belum tentu ada pembeli setiap hari. Belum lagi mereka hurus memikirkan isi perut mereka yang mulai keroncongan. Harga satu cobek biasanya dijual dengan harga 15.000, harga yang cukup murah dan terjangkau, namun tidak sebanding dengan keringat yang mereka keluarkan. Dari setiap satu cobek yang terjual mereka akan mendapatkan keuntungan sebesar 2.000 rupiah. Uang hasil penjualan ini akan mereka berikan pada orang tuanya dan hanya cukup untuk makan sehari-hari. Ditengah kerja keras yang mereka lakukan setiap hari sebenarnya mereka memiliki impian yang tidak akan terwujudkan yaitu sekolah setinggi-tingginya. Semua anak-anak itu memang sangat ingin sekolah namun apa daya keadaan memaksa mereka untuk melakukan semua ini dan mengubur dalam-dalam mimpi mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *