Merindukan dan Membayangkan Surga dalam Ajaran Islam
surgaMerindukan Membayangkan surga dalam ajaran Islam terasa sangat memenuhi hasrat kemanusiaan kita, melalui hadits qudsi, Allah sendiri menyatakan dalam Shahih Bukhari 4407 Telah menceritakan kepadaku Ishaq bin Nashr Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Al A'masy Telah menceritakan kepada kami Abu Shalih dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Allah Ta'ala berfirman: "Aku telah menyiapkan bagi hamba-hambaku yang shalih sesuatu yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga dan tidak pernah terlintas dibenak manusia." Sebagai simpanan, biarkan apa yang diperlihatkan Allah pada kalian." Lalu beliau membaca ayat: "Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan (As Sajdah: 17). Abu Mu'awiyah berkata; dari Al A'masy dari Abu Shalih, Abu Hurairah membaca dengan lafazh 'Qurraat A'yun.' Ada perasaan tidak sabar lagi mendengar janji Allah ini agar kita bisa segera menikmatinya, ada dorongan untuk menjalankan hidup sesuai perintah dan larangan Allah karena khawatir tidak bisa memenuhi syarat untuk masuk surga-Nya. Membayangkan surga selalu mengandung hal yang memenuhi hasrat kemanusiaan kita tentang sesuatu ytang menyenangkan. Kalaupun disana kita merasakan lapar, maka itu adalah lapar yang menyenangkan sebab ada kenikmatan menyantap hidangan. Ketika kita gatal, maka itu adalah gatal yang menyenangkan karena bisa digaruk. Demikian pula dengan hubungan sosialnya, termasuk kenikmatan seksual, ada hasrat kepada lawan jenis dan itu adalah sesuatu yang menyenangkan karena disalurkan melalui cara yang diridhoi Allah. Tidak ada konflik rumah-tangga, tidak ada kecemburuan, tidak ada problem sosial, anak terlantar dan perselingkuhan. Masing-masing menikmati anugerah yang diberikan sesuai kecenderungan terhadap kesenangan yang ada dalam diri. Allah menggambarkannya melalui ayat : Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (Al-Hijr: 47) Membayangkan surga menurut ajaran Islam ini, ada rasa kasihan kepada 'tetangga sebelah', ketika kitab suci mereka mengatakan : Markus 12:25 Sebab apabila orang bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga. Apa enaknya hidup menjadi malaikat..? Tidak punya hasrat dan keinginan, setiap waktu hanya terbang kesana kemari memuji Tuhan, tidak ada kesenangan yang bisa dinikmati. Lalu siapa manusia yang memiliki obsesi untuk menjadi malaikat..? lalu menghilangkan kenikmatan yang selama ini diperoleh; merasakan air minum ketika dahaga, merasakan kenyang ketika lapar, merasakan 'kelegaan' ketika selesai melakukan hubungan suami istri, merasakan nikmatnya menggaruk ketika gatal..? mana ada manusia yang kepingin menjadi 'mati rasa', padahal segala kenikmatan tersebut muncul karena adanya rasa..?, sesuatu yang memang sudah di desain Allah untuk manusia : Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa apa yang diingini, yaitu: wanita wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatan-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).(Ali-Imran: 14) subhanallh walhamdulillah..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *