Elang jawa yang memiliki nama latin Spizaetus Bartelis sebenarnya merupakan jenis elang yang berukuran sedang yang endemik di pulau jawa. Panjang tubuh elang mulai dari paruh hingga ekor mencapai 60-70 CM. Sejak tahun 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot langka Indonesia.
Elang jawa termasuk jenis Aves yang berkembangbiak dengancara bertelur. Sebelum bertelur, elang jawa ini akan membuat sarang di pohon-pohon yang tinggi mencuat dan berbatang besar, misalnya pohon rasamala, pohon pasang, pohon tusam, dan pohon puspa. Pohon yang dijadikan sarang oleh Elang jawa biasanya selalu menyendiri, jauh dari pohon-pohon lain di hutan belantara yang alami. Sarangnya juga akan dibuat berdekatan dengan aliran sungai. Elang Jawa membuat sarang dengan kondisi ini dengan maksud dan tujuan agar anak mereka dapat dipelihara dengan baik dan terlindung dari gangguan binatang lain.
Sarang elang jawa terbuat dari ranting-ranting pohon. Bentuk sarang ini menyerupai cawan yang memiliki lebar sekitar 45 cm dan tinggi mencapai 35 cm. ElangJaawa betina dan jantan akan saling bekerja sama dalam membangun sarang. Pembagian pekerjaan pun sangat teratur, dimana elang jantan akan banyak mencari bahan-bahan untuk sarang dan elang betina akan sibuk mengurus pembuatan sarang.
Musim kawin bagi elang jawa terjadi sepanjang tahun. Biasanya mereka hanya menghasilkan satu telur saja. Telur ini akan dierami oleh elang betina secara sunguh-sungguh. Sementara itu, elang jantan akan mencari makan dan memberikan kepada betinanya. Jika elang betina terlalu sering meninggalkan sarang maka kemungkinan untuk telurnya menetas sangatlah kecil. Apabila telur gagal menetas, elang akan bertelur lagi, namun tidak pasti dalam jangka setahun berikutnya elang betina baru akan bertelur.
Telur akan menetas setelah dierami oleh elang betina selama 48 hari. Setelah berumur sembilan minggu, anak elang mulai mengepakan sayap, menyelisik, bersuara, melompat dari sarang, dan bertengger di dahan. Setelah berumur 30 minggu anak elang akan belajar memburu mangsa, terbang melingkar di atas hutan, membawa ranting dan mematikan mangsa.
Dengan perkembangbiakan elang jawa yang sangat lambat, tidak heran jika penambahan spesies burung ini sangat sulit. Sudah sepatutnya kita melestarikan dan menjaga elang ini demi keseimbangan ekosistem dan sebagai warisan yang bisa kita berikan pada anak cucu di masa mendatang.