BERBICARA DI DEPAN UMUM
Pernahkah anda merasa tangan gemetar, muka memerah, apa yang akan dikatakan hilang seketika, keringat mengucur ketika akan berbicara di hadapan banyak orang?. Jika ya, maka anda termasuk salah seorang yang mengalami rasa gugup ketika berhadapan dengan penonton (audiens). b,umum Rasa gugup berasal dari dalam tubuh, ketika akan berbicara di depan umum, kebiasaan berpikir jelek, misalnya takut peserta yang mendengarkan tidak suka, takut temanya tidak menarik, dan rasa takut lainnya yang menghampiri, dapat menjadi pemicu munculnya rasa gugup. Rasa takut berbicara di depan umum merupakan hal yang wajar, sebagian orang bisa mengatasinya dan sebagiannya lagi belum bisa mengatasi. Tetapi jika terlalu sering tidak bisa mengatasi rasa gugup, meskipun berulang-ulang mencoba, maka kemungkinan orang tersebut mengalami rasa cemas yang berlebihan dan itu tidak baik bagi jiwa ataupun raga. Konsultasi kepada dokter atau kepada psikolog dapat dilakukan supaya kendala tersebut dapat diatasi dengan baik. Latihan sebelum berbicara di depan audiens juga dapat memperkecil kemungkinan timbulnya rasa gugup. Hal yang harus dilakukan adalah persiapan yang matang, mulai dari materi sampai pakaian yang akan dikenakan. Berbicaralah di depan cermin atau kalau bisa berbicara terlebih dahulu di depan keluarga atau teman supaya mereka bisa mengkritisi apa yang kurang dalam ceramah yang disajikan. Yang selanjutnya adalah menenangkan diri. Sebelum acara dimulai biasanya aktifitas yang dilakukan adalah menenangkan diri, misalnya dengan cara berdo’a. Ketika akan tampil, biasanya rasa gugup makin merajarela. Hal sebaiknya dilakukan sebagai pembicara adalah datang lebih awal sebelum audiens datang. Berusaha untuk dapat dekat dengan audiens, misalnya dengan mengjak bicara audiens yang telah hadir sebelum acara dimulai. Ketika akan mulai berbicara, beranilah untuk menatap audiens, mulai dari sisi kanan, sisi kiri sampai yang duduk paling belakang, supaya audiens fokus terhadap apa yang akan mereka dengarkan. Tidak ada satu hal pun di dunia ini yang sempurna, begitu pula dengan isi materi atau penampilan yang kita sajikan. Mungkin banyak audiens yang beranggapan miring terhadapa apa yang telah disajikan, namun tidak sedikit pula audiens yang positif, menumbuhkan percaya diri kita dalam menanggapi apa yang kita sajikan. Jadi fokuslah kepada audiens yang positif, tetapi jangan abaikan audiens yang negatif karena melalui mereka, kita dapat mengambil kritik untuk perbaikan sajian kita di masa yang akan datang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *