Banyak guru berkata bahwa kita harus mengamalkan segala macam ilmu yang kita dapat demi menyempurnakan ilmu tersebut. Terlebih jika kita mengamalkan ilmu-ilmu keagamaan yang biasa kita sebut dengan berdakwah. Tidak dapat diragukan lagi bahwa berdakwah termasuk ke dalam amal yang mulia dan yang paling agung pahalanya di sisi Allah SWT. Hal ini dikarenakan berdakwah adalah kegiatan mengamalkan ilmu serta menyebarkan kebaikan di jalan Allah SWT.
يَا قَوْمِ لا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى الَّذِي فَطَرَنِي أَفَلا تَعْقِلُونَ
“Hai kaumku, Aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)?” (QS. Huud: 51)
Akan tetapi, apabila ustadz tersebut benar-benar mencurahkan segala waktu dan tenaganya untuk berdakwah di jalan Allah, maka ada pengecualian yaitu dia diperbolehkan untuk meminta imbalan atas jasa dzahirnya. Imbalan tersebut nantinya dapat ia gunakan untuk keperluan akomodasi, transportasi, persiapan makalah dan lainnya.
Jadi, apa yang salah jika Ustadz menjadi terkenal seperti artis?
Bagaimanapun juga ustadz adalah manusia biasa yang sama di mata Tuhan, manusia yang lemah dan mudah tergoda oleh gangguan setan begitupun para ustadz atau da'i. Salah satu yang jelas terlihat dari gaya hidup ustadz yang berubah menjadi hegemoni. Ustadz sekarang banyak yang berlomba masuk TV dan bahkan infotainment. Tapi yang lebih parah lagi ustadz-ustadz tersebut terkadang tampil bukan untuk berdakwah, melainkan tentang rumah baru, koleksi mobil baru, koleksi sepatu baru, sampai motor gede seharga ratusan juta rupiah . Bahkan sampai kehidupan pribadi sang ustadz beserta keluarganya. Sampai-sampai ada ustadz yang belum resmi menikah dengan mahramnya tapi tampil berduaan di media televisi. Sehingga dengan popularitas yang telah dicapainya, ustadz seleb berani mematok harga untuk sekali dakwah.
Pada akhirnya, sebenarnya memang tidak mengapa apabila seorang ustadz atau da’I meminta bayaran atas jasanya, asalkan sesuai dengan kebutuhan mereka dan tidak dikomersilkan. Selain itu, seorang ustadz juga harus memberi contoh kepada umat islam lainnya untuk hidup sesuai kebutuhan, bukannya bangga dengan segala kemewahan, padahal di setiap ceramahnya mereka menyanjung arti kesederhanaan. Rasulallah pernah bersabda, “
Bacalah Alquran dan niatkanlah hanya untuk Allah, sebelum datang sekelompok orang yang membaca Alquran lalu dia jadikan Alquran sebagai alat untuk meminta-minta harta.” (H.R. Ahmad, dan lain-lain; sahih, sebagaimana dalam Shahih Al-Jami Ash-Shaghir, no. 1169). Semoga hal ini bisa menjadi pengajaran kepada semuanya. Amin..