Jika Subang memiliki kesenian Sisingaan, garut juga memiliki kesenian yang tak kalah menarik yaitu Dodombaan. Garut memang sangat identik dan terkenal dengan hewan khas nya yaitu domba garut, Domba garut memang sangat terkenal karena kualitasnya yang baik dan memiliki tubuh yang kekar.
Domba garut selain sebagai Icon hewan khas kabupaten garut juga kerap sekali diikutsertakan atau dijadikan sebagai icon kesenian. Seperti contohnya kesenian adu ketangkasan domba dan selain itu ternyata adalagi kesenian yang menjadikan domba sebagai iconnya, kesenian tersebut dinamakan dodombaan. Berbeda dengan kesenian ketangkasan domba yang memang agak mengandung unsur kekerasan, karena memang adu ketangkasan tersebut dengan cara mengadu domba secara langsung. Kesenian dodombaan ini justru tidak mengikut sertakan domba asli secara langsung akan tetapi, domba hanya dijadikan icon saja dengan membuat domba palsu atau dodombaan.
Kesenian dodombaan sekilas hampir mirip dengan kesenian daerah lain tepatnya subang yaitu kesenian sisingaan bedanya pada kesenian dodombaan yang dijadikan iconnya adalah domba dan bukan singa. Kesenian dodombaan sendiri, berasal dari Desa panembong kecamatan Bayongbong Kabupaten garut. Unsur-unsur yang ada pada pementasan dodombaan ini ialah satu atau dua orang yang melakukan gerakan atau ibing pencak selat yang mengawal dodombaan, lalu Delapan Orang dengan memakai kostum tertentu yang khas yang memikul patung domba dari kayu yang bisa ditunggangi seperti pada kesenian sisingaan. Dan untuk unsur iringan musik pada kesenian dodombaan ini menggunakan tetabuhan seperti alat-alat musik yang sering digunakan pada acara atau mengiringi acara pencak silat.
Dodombaan sendiri merupakan salah satu kesenian yang terinspirasi dan merefleksikan kegagahan dan keperkasaan dari domba garut.
Kesenian Dodombaan pada zaman sekarang memang sudah sangat sulit untuk kita jumpai, karena memang kesenian dodombaan sudah jarang di pentaskan, kesenian dodombaan hanya di pentaskan biasanya pada event event tertentu saja dan itu pun juga sangat jarang sekali. Oleh karena itu, tidak heran memang bahwa warga garut sendiri masih banyak yang belum tahu akan kesenian daerahnya sendir. Miris memang melihat realita di masyarakat yang sudah banyak melupakan warisan Nenek moyang. Seharusnya, jangan hanya ketika budaya itu diklaim negara lain seperti kasus reog ponorogo, batik dan lainnya, kita semua baru bertindak dan melakukan pelestarian. Alangkah baiknya kita sebagai generasi penerus harus senantiasa menjaga dan melestarikan segala budaya dan kesenian yang telah diwariskan nenek moyang kita. Jangan sampai kita menjadi orang yang termasuk kedalam kelompok orang “kacang lupa kulit”.