Didalam jiwa seseorang atau lubuk hatinya terdapat sesuatu kekuatan yang menyeluruhnya berbuat suatu kebajikan. Jika ia teringat sesuatu perbuatan baik, maka kekuatan tadi mendorongnya untuk melaksanakannya. Kemudian setelah selesai berbuat itu, fikirannya jadi lega dan gembira. Kekuatan tersebut juga memalingkannya dari perbuatan buruk. Dan kalau orang itu tetap hendak berbuat juga, maka dia merasa tidak tentram, perbuatan itu akan terus menghantui perasaannya, dan akan timbul perasaan menyesal.
Maka kekuatan terpendam yang menyeluruh kepada kebaikan dalam melarang dari kebaikan itu disebut Dhamir atau hati nurani. Hati nurani ini selalu mendapingi manusia dalam perbuatan nya, menilai buruk dan baiknya nilai perbuatan itu secara jujur, serta mendorongnya melakukan perbuatan yang baik ataupun yang buruk.
Perintah dan larangan hati nurani itu menurut ahli-ahli ilmu jiwa disebut kata hati, semacam ilham yang ditanamkan tuhan didalam jiwa manusia sebagai firmanNya dalam Al-Quran yang artinya, “maka Allah ilhamkan kepada jiwa itu mana-mana yang jelek dan mana-mana yang baik”. (Asy Syams : 8). Sebagai kebalikan dari kata-kata tadi ialah waswas, yakni suara jahat yang membujuk manusia untuk berbuat jahat dan meninggalakan kebaikan.
Maka manusia selalu terombang-ambing diantara panggilan atau bisikan hati nuraninya, yakni kata hati dan bujukan was-was, sebaliknya orang jelek yang lebih meningkatakan bujukan was-was dan mengabaikan hati nuraninya tadi.
Tetapi perlu diketahui bahwa hati nurani manusia tidaklah sama. Seseorang yang berilmu dan tinggi cita-citanya, kuatlah rasa hati nuraninya untuk berbuat kebaikan dan kebajikan. Dan pastinya akan melawan bisikan-bisikan yang akan merugikan dirinya sendiri. Dari keterangan itu bahwa hati nurani bukanlah petunjuk yang tidak mungkin salah. Terkadang hati nurani kita menunjuk kita untuk melakukan ksalahan tanpa diketahui orang lain, kata hati nurani hanya di ketahui oleh Allah dan dirinya sendiri.
Hal itu ialah karena hati nurani itu hanya memerintahkan sesuatu menurut keyakinan manusia saja, sehingga kalu keyakinan itu salah maka hatinuraninyapun akan ikut jadi salah pula. Maka disinilah letak pentingnya agama bagi manusia, karena agama selalu menuntun manusia untuk membersihkan perasaan buruk , selain itu juga agama menerangi jalan dihadapan hati nurani manusia, sehingga manusia tidak lagi mempunyai perasaan yang buruk, dan tidak akan lagi melakukan kesalahan yang didorong oleh bisikan hati nuraninya.