Kehidupan dunia yang dijalani seorang manusia merupakan qada dan qadar-Nya, semuanya telah digariskan dalam lauhul mahfudz. Namun bagaimana dan seperti apa kehidupannya tidak ada seorangpun yang tahu. Namun hal ini tidak berarti kita boleh berleha-leha dan menyerahkan segalanya pada takdir. Karena manusia manusia diberi bekal oleh Allah untuk berikhtiar menuju jalan yang diridhai-Nya. Untuk itu diperlukan usaha-usaha yang sugguh-sugguh dalam melawan segala perkara yang dapat membuatnya terjerumus kepada jalan yang hina.
Diantara perkara yang membuat manusia menjadi hina adalah adanya rasa amarah yang tidak terkontrol, rasa amarah yang telah terkuasai oleh Iblis, dan rasa amarah yang membuatnya buta akan kebenaran yang ada. Perbuatannya tidak lagi mempertimbangkan baik dan buruknya, asalkan kesenangannya sudah terpenuhi maka itu adalah kebahagiaannya. Ia tidak peduli bagaimana nasib yang lain. Oleh karena itu harus ada cara bagaimana melawan amarah ini agar terkendali dan sesuai dengan jalan syari’at-Nya. Diantara perkara yang dapat melawan rasa amarah ini diantaranya:
- Mengetahui dampak dari perbuatan yang dilakukannya ketika amarah yang tidak terkontrol, baik untuk kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhrat. Sehingga ketika ia berbuat suatu hal yang melanggar agama akan berfikir ulang untuk melakukannya
- Menghilangkan rasa permusuhan terhadap orang lain, karena di dalam permusuhan sesungguhnya mulai tumbuh subur rasa kebencian dan memutuskan tali silaturahmi. Jika permusuha ini tidak diobati maka akan menyebabkan kerugian yang besar baik secara materil maupun non materil.
- Rasa saling menghargai antar sesama, hal ini dapat dilakukan dengan memenuhi hak sesama, saling menghormati dan menghindari perbuatan yang dapat mendatangkan perselisihan antar sesama.
- Melakukan wudhu. Seseorang yang berwudhu akan merasakan ketenangan dalam diri, sehingga bagi mereka yang sedang marah maka dengan berwudhu ini akan membuatnya tenang. Jika ia marah sambil berdiri maka suruhlah untuk duduk, dan banyak beristigfar.
- Membuang rasa sombong atau takabur dalam diri. Tidak ada perbedaan antara sesama manusia dimata Allah Swt, semuanya sama hanya ketakwaannya yang dapat membedakannya dari yang lainnya. Ketakwaan yang membuatnya semakin bertambah imannya.
- Memaksakan diri dalam melawan amarah. Ketika amarah kita tersulut oleh orang lain atau apa saja. Maka kuatkanlah diri dalam melawannya dengan kekuatan yang tumbuh pada diri. Karena seseorang yang kuat tidak hanya berasal dari fisiknya yang kuat tetapi juga dari kemampuannya melawan amarah. Sabda Nabi Saw, “Orang yang kuat bukanlah dengan bergulat, namun orang kuat adalah yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah”. (HR. Bukhari)