Ketika manusia lahir ke bumi maka ia memulai kehidupan tahap awal dalam hidupnya menuju kehidupan yang abadi yaitu akhirat. Di kehidupan dunia yang penuh dengan segala kesenangan dan kenikmatan, akan menjadikan sebagian manusia lupa akan tujuan hidupnya di dunia. ia banyak tergoda dengan fasilitas dunia, yang membuatnya lalai akan kehidupan akhirat. Seluruh waktunya dari mulai pagi sampai malam hari ia gunakan untuk mengumpulkan perkara dunia yang tidak berujung.
Ketika ia melihat orang lain yang sukses secara materi darinya maka ia pun bersemangat untuk mengejarnya. Bahkan yang lebih parahnya lagi ia melakukan segala cara dan mengahalalkan cara untuk mencapai keinginan duniawinya. Bagaimana kehidupan akhirat nanti hanya dianggap sebagai tipuan belaka. ia lupa bagaimana memahami urusan dunia dan akhirat, yang suatu saat membuatnya menjadi orang yang paling rugi.
Dalam memahami urusan dunia dan akhirat, Rasulullah Saw pernah bersabda, “Lihatlah orang-orang yang di bawah kamu dan janganlah kamu melihat kepada orang yang lebih tinggi dari kamu. Maka hal itu akan lebih pasti meremehkan nikmat Allah". (HR. Muslim). Hadits di atas menjelaskan kepada kita, dalam kehidupan dunia ini jangan terlalu melihat orang yang lebih dari kita karena jika seperti itu tidak akan ada rasa syukur kita kepada Allah, karena terus dibandingkan dengan orang yang dianugerahi nikamat (harta) yang banyak.tetapi lihatlah ke bawah, maksudnya melihat kepada orang yang lebih rendah dari kita agar senantiasa ada rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita.
Sementara untuk urusan akhirat, haruslah kita melihat kepada orang-orang di atas kita dalam hal ibadah, agar kita sadar akan kekurangan dan kelemahan kita dalam ibadah. Sehingga menjadi penyemangat kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Dan janganlah kita melihat orang yang malas dalam beribadah dan membuat kita pun malas karena tidak ada semangat untuk beribadah.
Akhirat adalah kehidupan yang kekal, jadi sudah seharusnya kita mengusahakannya dengan semaksimal mungkin. Jangan tertipu dengan gemerlapnya dunia yang sementara yang kesenangan dan kebahagiaannya tidak abadi. Seimbanglah dalam berbuat, jangan terlalu condong kepada dunia dan melupakan akhirat, tetapi jangan juga terlalu condong kepada akhirat dan melupakan dunia, karena dunia merupakan tempat kita mengumpulkan perbekalan di akhirat nanti.
Wallahu ‘Alam