Dayak Ngaju (Biaju) adalah adat di Kalimantan Tengah. Ngaju suku administratif suku baru yang muncul dalam sensus tahun 2000 dan merupakan 18,02% dari penduduk Kalimantan Tengah, sebelumnya dimasukkan ke dalam suku Dayak Ngaju di tahun 1930 sensus.
Kaharingan adalah keyakinan tradisional suku Dayak di Kalimantan Tengah, sementara yang lain belum memasukkan agama Borneo. Istilah Kaharingan berarti tumbuh atau hidup, seperti dalam istilah Kaharingan Danum (air kehidupan), makna agama, ras atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Ranying), yang hidup dan tumbuh untuk generasi dan hidup oleh orang-orang Dayak di Kalimantan. Pemerintah Indonesia membutuhkan penduduk dan warga negara untuk memeluk satu agama yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia. Oleh karena itu, keyakinan agama Kaharingan dan suku-suku lain seperti Tollotang (Hindu Tollotang) di Bugis, termasuk dalam kategori Hindu sejak 20 April 1980, mengingat kesamaan dalam penggunaan sarana kehidupan dalam melakukan ritual pengorbanan (korban ) yang dalam agama Hindu disebut Yadnya. Jadi berbagi tujuan yang sama untuk mencapai Tuhan Yang Maha Esa, hanya kemasan yang berbeda. Tuhan Yang Maha Esa menurut agama disebut Ranying Kaharingan.
asal Dayak Ngaju dapat ditelusuri dari tulisan-tulisan sejarah tentang orang Dayak Ngaju. Secara historis nenek moyang Dayak Ngaju yang diyakini berasal dari kerajaan yang terletak di bagian selatan Yunnan gunung lembah, tepatnya di barat laut Cina yang berbatasan dengan Vietnam sekarang. Mereka bermigrasi besar-besaran dari daratan Asia (Provinsi Yunnan, Cina Selatan) sekitar 3000-1500 SM.
Terminologi Biaju tidak berasal dari Dayak Ngaju, namun keluar dari Bakumpai yang secara ontologis merupakan bentuk bi dan aju kolokial yang berarti "hulu" atau " udik". Oleh karena itu, di wilayah DAS Barito, di mana banyak orang Bakumpai, Dayak Ngaju disebut Biaju, yang berarti orang-orang yang tinggal di dan keluar dari hulu sungai. Kemudian, istilah ini hanya dikumpulkan oleh Banjar Melayu untuk menyebutkan semua sungai pedalaman hulu bukan Muslim. Istilah ini kemudian diperkenalkan ke para pedagang dari Cina, Inggris, Portugis, berlabuh di pelabuhan Banjarmasin. Karena dalam catatan Cina pelayaran niaga, Portugis dan Inggris dapat ditemukan kata Biaju yang mengacu pada suku-suku di pedalaman bukan Banjar dan bukan Muslim.