Suku Banjar adalah suku yang menempati area seluas Kalimantan Selatan, serta sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur. Populasi suku Banjar dengan jumlah yang signifikan juga dapat ditemukan di wilayah Riau, Jambi, Sumatera Utara dan Semenanjung Malaysia karena migrasi Banjar di abad ke 19.
Tari Banjar terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang dikembangkan di istana (keraton), dan seni tari yang dikembangkan oleh rakyat. Tari istana ditandai dengan nama "Baksa" yang berasal dari Jawa (tarian) yang menunjukkan kehalusan gerakan tari dalam pemerintahan. Tarian ini telah ada dari ratusan tahun yang lalu, sejak zaman Hindu, namun gerakan dan pakaian telah disesuaikan dengan keadaan saat ini. Misalnya, gerakan tertentu dianggap tidak sesuai dengan adab Islam sedikit perubahan.
Bahasa banjar adalah bahasa asli suku Banjar Banjar. Bahasa ini berkembang dari hari-hari Empire State Daha bermotif Dipa dan Hindu-Budha sampai kedatangan Islam di Tanah Banjar. Banyak kosakata-kosakata bahasa sangat mirip dengan bahasa Dayak, Melayu, dan Jawa.
tradisi lisan suku Banjar sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu, Arab, dan Cina. Tradisi lisan Banjar (yang kemudian menjadi seni) berkembang di sekitar abad ke-18 yang Madihin dan Lamut. Madihin berasal dari bahasa Arab, himne yang berarti pujian. Madihin jenis dilisankan puisi rakyat anonim hiburan yang ditulis dalam bahasa atau bentuk pertanyaan dengan bentuk fisik dan mental tertentu sesuai dengan konvensi yang berlaku khusus untuk ranah cerita rakyat Banjar di Kalimantan Selatan. Sementara Lamut adalah sebuah tradisi yang bercerita tentang pesan dan mengandung nilai-nilai agama, sosial dan budaya Banjar. Lamut berasal dari Cina dan yang pertama untuk menggunakan bahasa Cina. Namun, setelah dibawa ke Tanah Banjar oleh pedagang Cina, maka bahasa menjadi bahasa disesuaikan Banjar.
Sejarah Islam di suku Banjar dimulai dengan sejarah pembentukan sebagai entitas banjar sendiri. Menurut sebagian besar peneliti, Islam telah berkembang jauh sebelum berdirinya Kerajaan Banjar di Kuin Banjarmasin, bahkan dalam kondisi yang relatif lambat karena tidak menjadi kekuatan sosial-politik. Kerajaan Banjar, dengan demikian, menjadi tonggak pertama perkembangangan Islam di selatan pulau Kalimantan. Kehadiran al-Syaikh Muhammad Arsyad Banjar sekitar tiga abad kemudian babak baru dalam sejarah Islam Banjar yang pengaruhnya masih terasa sampai hari ini.